Aku selalu skeptis tentang cerita-cerita mistis yang diceritakan orang tua dan legenda dari kampung halaman. Aku lebih percaya pada sains dan logika daripada pada hal-hal gaib. Tapi semua itu berubah ketika aku secara tidak sengaja tersesat di dunia jin.
Malam itu, aku mengunjungi rumah tua milik nenek yang sudah lama ditinggal. Ada sesuatu yang aneh tentang rumah itu—suasana yang tidak nyaman dan dingin. Aku memutuskan untuk menjelajahi lotengnya yang penuh dengan barang-barang tua. Di antara tumpukan barang, aku menemukan sebuah kotak kayu kecil yang tertutup rapat. Aku penasaran dan membukanya, menemukan sebuah buku tua dengan sampul yang penuh debu.
Tanpa pikir panjang, aku mulai membaca buku itu. Halaman-halaman dalam buku tersebut dipenuhi dengan simbol-simbol aneh dan teks kuno yang tidak kupahami sepenuhnya. Di tengah-tengah buku, aku menemukan sebuah halaman yang tampaknya menjelaskan cara membuka gerbang menuju dunia jin. Buku itu tidak memberikan petunjuk yang jelas, tapi ada gambaran sebuah gerbang yang menarik perhatian. Dengan rasa penasaran yang tidak bisa kuatasi, aku memutuskan untuk mengikuti ritual yang tertulis.
Ritual itu tampaknya sederhana: menyalakan lilin, menggambar simbol tertentu di lantai dengan kapur, dan membaca mantra dari buku. Ketika aku selesai melakukannya, tiba-tiba sebuah gerbang tua muncul di depan mataku, seolah-olah muncul dari kegelapan. Gerbang itu berkilau dengan cahaya aneh dan memiliki aura yang sangat misterius.
Tanpa berpikir panjang, aku melangkah melewati gerbang. Begitu aku melintasi gerbang itu, dunia di sekelilingku berubah secara drastis. Aku berada di sebuah tempat yang sangat berbeda—sebuah dunia yang tampak seperti mimpi buruk. Langitnya berwarna merah darah dengan awan hitam, dan tanahnya dipenuhi oleh batu-batu tajam serta tanaman-tanaman yang tampak seperti mahluk hidup yang mengerikan.
Segera setelah aku tiba di sini, aku merasa seolah-olah dikelilingi oleh sesuatu yang tidak terlihat. Aku mendengar suara-suara aneh—bisikan, tawa jahat, dan teriakan yang seolah berasal dari tempat yang sangat jauh. Suara-suara itu membuatku merasa gelisah, dan aku merasa seperti sedang diawasi.
Aku mencoba mencari jalan kembali, namun lorong-lorong dan jalan setapak di dunia ini tampaknya selalu berubah. Setiap kali aku berpaling, tempat yang tadinya aku kenal telah berubah menjadi sesuatu yang sama sekali berbeda. Seperti berlari dalam labirin yang tidak ada akhirnya.
Keberanian ku mulai pudar ketika aku menyadari bahwa aku tidak bisa menemukan jalan keluar. Setiap sudut dunia ini dipenuhi oleh makhluk-makhluk yang memiliki mata bersinar merah dan bentuk yang menyeramkan. Mereka tidak mendekat, tapi keberadaan mereka terasa menekan dan menakutkan.
Ketika aku merasa putus asa, aku mendengar suara samar yang tampaknya memanggil namaku. Aku mengikuti suara itu, berharap itu akan membawa aku kembali ke dunia nyata. Suara itu membawa aku ke sebuah tempat yang tampak seperti altar kuno, dikelilingi oleh simbol-simbol yang sama dengan yang ada di buku.
Di altar itu, ada sebuah cermin besar yang memantulkan gambaran diriku dengan warna-warna yang membingungkan. Aku mendekat dan melihat bayanganku—tapi ada sesuatu yang tidak wajar. Bayangan itu tampak seperti aku, namun wajahnya menunjukkan ekspresi ketakutan dan kebingungan yang mendalam.
Aku tidak tahu bagaimana, tetapi saat aku menyentuh cermin itu, semuanya terasa bergetar. Gerbang yang aku lewati sebelumnya muncul di hadapanku lagi. Aku melompat melaluinya dengan harapan terakhirku, dan begitu aku melintasinya, aku kembali ke loteng rumah nenek.
Ketika aku menoleh, gerbang itu menghilang dan segala sesuatu kembali normal. Namun, pengalaman itu meninggalkan bekas yang mendalam dalam pikiranku. Aku tidak pernah lagi merasa nyaman di tempat-tempat yang gelap atau saat malam tiba.
Setiap kali aku menutup mata untuk tidur, aku merasa ada sesuatu yang menunggu di balik bayangan. Aku tidak tahu apakah pengalaman itu nyata atau hanya halusinasi, tapi satu hal yang pasti—dunia jin itu nyata, dan aku pernah berada di sana. Dan meskipun aku telah kembali ke dunia nyata, rasanya dunia itu tidak pernah benar-benar meninggalkanku.