Namaku Eka, dan aku berusia 16 tahun. Aku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas di Bandung, di sebuah sekolah yang sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Sekolahku ini dikenal dengan sejarah panjang dan suasana yang kadang terasa berbeda. Beberapa bulan terakhir, banyak kejadian aneh yang mulai mengganggu ketenangan sekolahku, dan rasanya semua itu semakin buruk setiap harinya.
Aku ingat dengan jelas saat kejadian pertama kali terjadi. Saat itu adalah sore hari, dan aku bersama sahabatku, Maya, sedang berada di ruang kelas yang terletak di sayap barat gedung. Ruangan itu sudah lama tidak digunakan, dan sering kali kami menjadikannya tempat untuk belajar bersama atau sekadar mengobrol. Namun, pada hari itu, suasananya terasa aneh. Kabut tipis mengelilingi jendela dan lampu neon yang bergetar memberikan kesan seperti suasana film horor.
Ketika Maya mulai bercerita tentang kejadian aneh yang ia dengar dari kakaknya, aku merasa bulu kudukku merinding. Maya bilang bahwa kakaknya pernah melihat sosok wanita berpakaian putih berdiri di lorong sekolah pada tengah malam. Aku mencoba untuk tertawa dan meremehkan cerita itu, tetapi hatiku merasakan kegelisahan yang tidak bisa kuungkapkan.
Hari-hari berikutnya, kejadian-kejadian aneh mulai terjadi. Di ruang kelas, lampu kadang-kadang menyala sendiri, dan suara langkah kaki tanpa pemiliknya sering terdengar di lorong. Suatu malam, aku pulang dari sekolah dan menerima pesan dari Maya yang mengabarkan bahwa ia merasa ada yang mengikuti. Aku mengabaikan pesan itu sebagai lelucon, tetapi kemudian keesokan harinya, Maya tidak masuk sekolah. Semua orang mengira dia sakit, tapi aku merasa ada yang tidak beres.
Keberadaan Maya yang menghilang semakin memunculkan ketegangan di sekolah. Teman-teman kami mulai mengalami kejadian aneh juga. Dita, sahabat kami yang lain, melaporkan bahwa dia pernah melihat bayangan hitam di ruang perpustakaan saat malam. Semakin banyak cerita mistis yang muncul, semakin sering aku merasakan ketidaknyamanan yang mendalam.
Suatu malam, aku dan beberapa teman berani untuk menginap di sekolah, mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kami memasuki ruang kelas lama, tempat di mana Maya dan aku sering menghabiskan waktu. Kami tidak menemukan apa-apa pada awalnya, tetapi suasananya sangat menegangkan. Saat kami sedang berkeliling, tiba-tiba listrik padam dan kami berada dalam kegelapan total.
Ketika lampu kembali menyala, kami melihat sesuatu yang mengerikan—tulisan darah di papan tulis, menulis nama-nama kami satu per satu. Nama Maya, Dita, dan terakhir, namaku—Eka. Kami semua merasa ketakutan dan segera berlari keluar dari sekolah. Malam itu, kami tidak bisa tidur dan terus memikirkan apa yang telah terjadi.
Keesokan harinya, ketika kami kembali ke sekolah, kami mendapati bahwa Maya dan Dita menghilang tanpa jejak. Setiap orang di sekolah kami merasa cemas, tetapi tidak ada yang tahu ke mana mereka pergi. Aku merasa sangat kehilangan, dan rasa takut semakin mengganggu pikiranku.
Aku mulai mencari tahu lebih dalam tentang sejarah sekolahku dan menemukan bahwa ada banyak cerita lama tentang kejadian tragis yang terjadi di sekolah ini. Konon, beberapa siswa yang hilang puluhan tahun lalu tidak pernah ditemukan. Aku mulai merasa terjebak dalam lingkaran mistis yang tidak pernah kuinginkan.
Sekarang, aku merasa seperti menjadi bagian dari cerita yang mengerikan ini. Kejadian-kejadian mistis di sekolahku menjadi semakin sering dan semakin menakutkan. Aku berusaha untuk tetap kuat dan mencari jalan keluar dari kegelapan ini, tetapi rasanya semakin sulit. Aku tidak tahu apakah aku akan menjadi bagian dari misteri ini seperti sahabat-sahabatku, ataukah aku bisa menemukan jalan untuk menghentikan semua ini.
Yang jelas, aku harus menghadapi ketakutanku dan mencari kebenaran di balik semua kejadian aneh ini. Sekolahku yang dulu terasa aman kini menjadi tempat yang penuh dengan rahasia gelap dan ketakutan yang menghantui setiap langkahku.