“Aku adalah Rangga, aku baru saja menikah dengan istriku bernama Rena setelah pernikahan kami memutuskan tinggal di rumah orang tuaku, yang juga ada seorang kakak laki-lakiku bernama Bram.”
“Kami tinggal di lantai 2 rumah itu, pekerjaanku adalah seorang karyawan bank swasta di daerah Banten setelah 6 bulan pernikahan kami belum di karuniai anak, istriku rena belum kunjung hamil.”
Rangga merasa seperti semua impian indahnya runtuh dalam sekejap. Pernikahan yang diawali dengan harapan dan cinta tulus kini hancur berkeping-keping di hadapannya.
Rangga dan Rena, dua insan yang bersatu dalam ikatan suci pernikahan, berharap untuk membangun kehidupan yang bahagia bersama. Mereka memilih untuk tinggal bersama keluarga Rangga, di rumah yang juga ditempati oleh kakak laki-lakunya, Bram. Awalnya, semuanya tampak sempurna, meskipun keinginan mereka untuk segera memiliki anak belum juga terwujud setelah enam bulan pernikahan.
Namun, pada bulan ke sembilan, ada tanda-tanda kebahagiaan yang menyelinap. Rena mulai menunjukkan gejala kehamilan yang ditunggu-tunggu, dan Rangga tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Kelahiran putri kecil mereka membuat kehidupan mereka tampak lengkap. Rena dengan penuh kasih mengasuh anak mereka, sementara Rangga berjuang keras di tempat kerjanya sebagai karyawan bank swasta di Banten.
Namun, kebahagiaan itu hanya berlangsung sesaat. Pada tahun kedua pernikahan mereka, Rangga menemukan pemandangan yang menghancurkan hatinya. Saat dia secara tidak sengaja memasuki kamar mereka, dia melihat kakaknya, Bram, dalam keadaan intim dengan Rena. Rangga merasakan dunianya berhenti berputar sejenak. Dia tidak percaya apa yang dia lihat, tidak bisa memahami bagaimana hal ini bisa terjadi di antara orang-orang yang begitu dekat dengan dirinya.
Ketika kenyataan itu mulai tenggelam dalam pikirannya, Rangga mengumpulkan keberaniannya untuk menghadapi kenyataan yang pahit. Dia mengetahui bahwa ini bukanlah insiden pertama, tapi telah terjadi berulang kali. Segala penghargaannya terhadap kakaknya runtuh dengan cepat, dan kepercayaan dalam pernikahannya hancur berantakan.
Dalam keputusasaannya, Rangga memilih untuk meninggalkan rumah orangtuanya. Dia memutuskan untuk berpisah dari Rena, wanita yang pernah dia cintai dengan sepenuh hatinya. Setahun berlalu sejak peristiwa itu, dan Rangga akhirnya memutuskan untuk melakukan tes DNA terhadap putrinya. Hasilnya menghancurkan hatinya sekali lagi. Dia mengetahui bahwa putri kecil yang sangat dicintainya bukanlah anak kandungnya sendiri.
Kisah Rangga menggambarkan bagaimana kebahagiaan dan kepercayaan seseorang bisa hancur dalam sekejap. Mimpi yang dibangun bersama dengan cinta dan harapan, berubah menjadi puing-puing rasa sakit dan pengkhianatan. Bagi Rangga, perjuangannya bukan hanya melawan patah hati, tetapi juga mencari kembali identitas dan makna dalam kehidupannya yang terasa hancur berantakan.