Perjalanan Lintas Waktu di Langit TOKYO

Sebagai pilot berpengalaman, aku—Capt. Rio—selalu percaya bahwa keajaiban terbang adalah tentang menjelajahi langit dan merasakan kebebasan di atas awan. Namun, perjalanan malam itu, dari Jakarta ke Tokyo, bukanlah perjalanan biasa. Itu adalah perjalanan yang akan mengubah cara pandangku terhadap dunia dan ruang-waktu selamanya.

Semua tampak normal saat kami lepas landas dari Jakarta. Cuaca baik, dan seluruh pesawat dalam kondisi prima. Namun, setelah beberapa jam terbang, sesuatu yang aneh mulai terjadi. Radar kami mulai menunjukkan objek-objek yang tidak dikenal, dan sistem navigasi kami berfungsi secara aneh, tampak seolah-olah kami terjebak dalam sebuah gelombang magnetik yang tak terlihat.

Ketika aku melihat keluar dari kokpit, aku terkejut melihat langit yang tiba-tiba berubah warna menjadi ungu gelap dan bercak-bercak cahaya yang melintas seperti kilat. Aku segera menghubungi ATC, tetapi tidak ada jawaban. Sistem komunikasi kami mengalami gangguan berat, dan semua sinyal radio tampaknya terputus.

Suasana di dalam kabin pesawat menjadi semakin tegang. Penumpang mulai merasakan ketidaknyamanan dan kegelisahan, dan aku bisa mendengar bisikan-bisikan aneh dari belakang. Aku mencoba untuk tetap tenang dan fokus pada instrumen, tetapi ketidakpastian membuatku gelisah. Pesawat mulai bergetar dengan kekuatan yang tak terduga, dan aku merasa seolah-olah kami melintasi batasan ruang dan waktu.

Kemudian, tanpa peringatan, pesawat kami terjerumus dalam sebuah guncangan hebat. Aku memegangi kendali pesawat dengan erat, berusaha untuk mempertahankan stabilitas. Di luar jendela, lanskap yang pernah aku kenal kini berubah menjadi dunia yang aneh—sebuah wilayah yang dipenuhi oleh struktur melayang dan waktu yang tampak berhenti.

Kami telah melintasi dimensi lain. Di sini, benda-benda dan awan tampak membentuk pola-pola yang tidak mungkin, dan waktu mengalir dengan cara yang tidak teratur. Suara aneh memenuhi kokpit, seolah-olah kita dikelilingi oleh entitas yang tidak terlihat. Suatu saat, aku melihat refleksi di kaca kokpit yang bukan milikku—sebuah wajah yang tampak menatap dengan tatapan kosong dan penuh keputusasaan.

Aku segera mencoba untuk mengendalikan pesawat dan mencari jalur untuk kembali ke dimensi asal. Instrumen di kokpit menunjukkan lokasi yang tidak familiar, dan segala sesuatu tampaknya terbalik. Setiap upaya untuk kembali ke jalur yang benar terasa sia-sia. Setiap kali kami mencoba mengubah arah, kami malah semakin jauh dari jalur yang seharusnya.

Akhirnya, pesawat mendarat dengan lembut di lokasi yang tidak pernah aku lihat sebelumnya—sebuah bandara yang tampaknya hancur dan tertutup oleh kabut tebal. Penumpang keluar dengan bingung, dan aku merasakan ketegangan yang sama pada mereka. Kami semua menyadari bahwa kami tidak hanya melintasi jarak, tetapi juga waktu dan dimensi.

Ketika aku melaporkan insiden tersebut kepada pihak berwenang, tidak ada yang percaya sepenuhnya pada ceritaku. Mereka mengatakan mungkin ada gangguan teknis atau fenomena cuaca ekstrem. Tetapi aku tahu, apa yang kami alami malam itu jauh lebih dari sekadar keganjilan teknis.

Sekarang, setiap kali aku terbang, aku tidak bisa menghindar dari perasaan aneh dan ketidakpastian. Aku sering melihat ke luar jendela dengan harapan untuk tidak mengalami lagi perjalanan melintasi dimensi dan waktu. Namun, dalam setiap penerbangan, aku selalu merasa bahwa mungkin, pada suatu saat, kami akan kembali melintasi batasan yang tidak bisa dijelaskan, ke dalam ruang dan waktu yang tak terduga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *