Pamali Buka Payung Di dalam Rumah

Di sebuah desa kecil di pedalaman Jawa, terdapat sebuah rumah tua yang terkenal akan keberadaan pamali yang sangat dihormati oleh penduduk setempat. Rumah itu milik Mbah Sastro, seorang sesepuh yang dianggap memiliki ilmu gaib tingkat tinggi. Konon, Mbah Sastro memiliki aturan keras terkait pamali, khususnya terkait dengan membuka payung di dalam rumah.

Pada suatu malam yang gelap gulita, Tono, seorang pemuda penasaran yang tinggal di sebelah rumah Mbah Sastro, kembali terlambat dari mencari kayu bakar di hutan. Dia merasa letih dan buru-buru masuk ke rumah, lalu tanpa sadar membuka payung yang masih basah dari hujan, lalu membawanya masuk ke dalam rumah.

Saat itu, suasana rumah terasa dingin dan hening. Tono merasa ada sesuatu yang tidak beres, tapi dia mengabaikannya karena kelelahan. Dia pun segera berbaring di atas tikar untuk istirahat.

Namun, semakin lama Tono berada di dalam rumah, semakin ia merasa ada hal yang aneh. Suara gemerincing seperti payung yang terbuka terdengar dari sudut-sudut ruangan, padahal Tono yakin payungnya sudah dia letakkan di pojok ruang tamu. Udara pun terasa semakin dingin, seolah ada kehadiran yang tak kasat mata di sekelilingnya.

Tono mencoba untuk tidak panik. Dia mencari-cari cara untuk mengakhiri keadaan ini. Lalu, dia mengingat nasihat dari Mbah Sastro tentang pamali membuka payung di dalam rumah. Tono segera bangkit dari tempat tidur dan perlahan mengambil payungnya yang masih terbuka, lalu membawanya ke luar.

Saat payung itu meninggalkan rumah, suasana tiba-tiba berubah. Udara menjadi hangat kembali, suara gemerincing hilang, dan kehadiran yang menakutkan juga perlahan menghilang. Tono bernapas lega, menyadari bahwa ia hampir saja mengalami konsekuensi yang mengerikan karena melanggar pamali yang dijaga ketat oleh Mbah Sastro.

Sejak malam itu, Tono tidak pernah melupakan pelajaran berharga tentang pamali dan kekuatan mistis yang tersembunyi di baliknya. Rumah Mbah Sastro tetap menjadi tempat yang dihormati dan dijauhi oleh penduduk desa, sebagai pengingat akan adat dan tradisi yang harus dijunjung tinggi dalam menjaga keseimbangan dunia gaib dan alam nyata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *