Di sebuah desa kecil di Jawa Timur, terdapat sebuah ladang luas yang dikenal oleh penduduk setempat sebagai tempat angker. Ladang itu dulunya milik seorang petani tua bernama Pak Wira. Konon, Pak Wira adalah seorang petani yang rajin dan sangat menyayangi ladangnya. Namun, kesuksesan dan kebahagiaan hidupnya harus berakhir tragis ketika ladangnya mengalami kekeringan panjang, dan dia terpaksa menjual sebagian tanahnya untuk bertahan hidup.

Pada malam-malam tertentu, kabar angker mulai menyebar di desa itu. Para penduduk melaporkan bahwa mereka mendengar suara alat pertanian berderak dan teriakan marah di tengah malam. Beberapa orang mengatakan mereka melihat sosok seorang petani dengan wajah yang penuh kesedihan dan kemarahan, berjalan di ladang yang sekarang kosong itu.

 

Suatu malam, seorang pemuda bernama Arief, yang baru saja pindah ke desa itu, penasaran dengan cerita-cerita seram yang beredar. Arief memutuskan untuk menyelidiki misteri ladang tersebut. Dia datang ke ladang pada tengah malam, dengan niat untuk mengungkap kebenaran. Di bawah sinar bulan yang redup, Arief mulai berjalan di antara barisan tanaman yang telah lama tidak dirawat, sambil memeriksa setiap suara yang mungkin dia dengar.

Tiba-tiba, Arief merasakan udara di sekelilingnya menjadi sangat dingin. Dia mendengar suara geraman lembut, seperti seseorang yang sedang marah dan kesakitan. Arief terus melangkah, berusaha mencari sumber suara tersebut. Saat dia mendekati sebuah gubuk tua di sudut ladang, dia melihat sosok samar seorang pria tua dengan topi petani dan pakaian kotor. Wajahnya tampak penuh kesedihan dan kemarahan, dan matanya seakan menembus jiwa Arief.

Sosok itu mulai berbicara dengan suara yang bergetar, menceritakan bagaimana dia terpaksa menjual tanahnya untuk membayar utang yang tak kunjung lunas, dan bagaimana dia mati dalam penderitaan karena kemiskinan yang melanda. Suara itu bergetar dalam keheningan malam, penuh dengan kepedihan dan kemarahan yang mendalam.

Arief merasa ketakutan, tetapi dia merasa simpati terhadap roh petani itu. Dia mendekati sosok tersebut dan berbicara lembut, mencoba memberikan penghiburan. “Pak Wira, saya minta maaf atas apa yang terjadi. Saya akan mencoba untuk memperbaiki keadaan ini,” katanya. Tiba-tiba, sosok petani itu tersenyum sedih dan perlahan-lahan menghilang, meninggalkan Arief dengan rasa damai yang aneh.

Keesokan harinya, Arief menceritakan pengalamannya kepada penduduk desa dan, sebagai tanda penghormatan, dia memutuskan untuk merawat ladang yang terbengkalai itu. Dia menanam kembali tanaman, memperbaiki gubuk, dan merawat ladang dengan penuh dedikasi. Seiring berjalannya waktu, ladang itu mulai pulih, dan cerita tentang hantu petani mulai memudar. Tetapi malam-malam tertentu, saat angin berbisik lembut di antara tanaman, Arief masih merasa ada sosok Pak Wira yang mengawasi dengan penuh rasa terima kasih.

2 thoughts on “HANTU TANI JAWA TIMUR”
  1. Повышение эффективности работы сырьевых материалов с помощью удобной технологии.
    Просеиватель земли барабанного [url=http://www.barabaniy-grohot.moscow]http://www.barabaniy-grohot.moscow[/url] .

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *