Di tengah keheningan malam di kota Bogor, terdapat sebuah rumah tua yang dikelilingi pepohonan rindang dan udara yang lembab. Rumah ini dihuni oleh seorang wanita tua bernama Ibu Siti, yang hidup sebatang kara setelah suaminya meninggal dunia beberapa tahun yang lalu. Ibu Siti adalah sosok yang terkenal di sekitar desa karena kebaikannya dan kedisiplinannya.
Setiap hari, Ibu Siti melakukan rutinitas mencuci pakaian di halaman belakang rumahnya. Dia adalah orang yang rajin dan selalu memastikan pakaian-pakaian itu benar-benar bersih sebelum menjemurnya di bawah sinar matahari pagi. Namun, selama beberapa minggu terakhir, sesuatu yang aneh mulai terjadi.
Pagi-pagi, saat Ibu Siti keluar untuk mengambil pakaian yang sudah dia jemur semalam, kadang-kadang beberapa pakaian itu hilang. Pada awalnya, dia menganggap mungkin burung atau hewan liar yang mengambilnya, tetapi semakin sering pakaian-pakaian itu menghilang tanpa jejak.
Suatu malam, ketika hujan turun dengan derasnya, Ibu Siti mendengar suara langkah kaki yang mengagetkan dari halaman belakang rumahnya. Dia keluar dengan hati-hati, membawa lampu senter kecil untuk melihat apa yang terjadi di luar. Namun, yang dia temui membuat bulu kuduknya merinding.
Di tengah gerimis malam yang gelap, dia melihat bayangan seorang wanita dengan gaun putih kuno yang koyak-koyak, sedang membawa sepotong kain dari tali jemuran Ibu Siti. Wajah wanita itu pucat dan matanya kosong, seolah-olah dia tidak memiliki kehidupan.
Ibu Siti menahan napasnya, terpaku oleh kejadian yang tidak wajar ini. Dia melihat wanita itu dengan tajam, tapi wanita itu tidak terlihat sadar akan kehadirannya. Wanita itu terus mengambil beberapa pakaian dari tali jemuran dan menghilang ke dalam kegelapan pepohonan.
Dalam kebingungan dan ketakutan, Ibu Siti akhirnya mengetahui bahwa dia telah menjadi sasaran dari hantu pencuri jemuran. Wanita itu adalah arwah yang terjebak di antara dunia ini dan dunia lain, terus mencari-cari pakaian untuk alasan yang tidak diketahui. Setiap malam, hantu itu akan kembali untuk mengambil lebih banyak pakaian dari tali jemuran, meninggalkan Ibu Siti dengan perasaan takut dan cemas.
Sejak malam itu, Ibu Siti menjadi semakin waspada dan tidak pernah lagi meninggalkan pakaian-pakaian yang sudah dia jemur di luar semalaman. Dia mengucapkan doa-doa untuk melindungi rumahnya dari gangguan makhluk gaib itu, sementara tetap hidup dengan ketakutan akan kehadiran wanita gaib yang masih terus berkeliaran di sekitar rumahnya di Bogor.