Kegelapan malam sudah lama menutup Danau Toba, dan kabut tipis melayang di atas permukaan air yang tenang. Aku, Rendi, baru saja menyelesaikan perjalanan panjang dari Medan dan berencana menginap di sebuah pondok kecil di pinggir danau. Suasana di sini begitu berbeda dari hiruk-pikuk kota; tenang, dingin, dan… mencekam.
Kata orang, Danau Toba dikenal memiliki keindahan yang tiada tara, tetapi juga cerita-cerita misterius yang sering dibicarakan dalam bisik-bisik penduduk lokal. Aku tidak terlalu percaya pada cerita-cerita hantu, tetapi malam ini, sesuatu terasa berbeda.
Pondokku terletak cukup jauh dari pemukiman penduduk. Dengan hanya lampu minyak sebagai penerang, aku merasa seperti terjebak dalam kisah mistis. Setelah menyalakan lampu, aku mulai merasakan ada sesuatu yang aneh. Suara gemericik air di luar, yang biasanya menenangkan, kini terdengar seperti bisikan yang tidak bisa kuartikan.
Aku mengabaikan rasa takutku dan mencoba untuk bersantai, tetapi suasana semakin membuatku gelisah. Kabut semakin tebal dan gelap, seolah menyelimuti pondokku dalam kepungan yang menakutkan. Tiba-tiba, aku mendengar suara ketukan di pintu, pelan tapi berulang-ulang. Kulihat jam dinding—jam menunjukkan pukul dua pagi. Tak mungkin ada orang yang mengetuk di jam segini.
Dengan hati berdebar, aku membuka pintu. Di luar, kabut lebih tebal dari sebelumnya, dan tidak ada satu pun yang tampak di luar. Namun, ketika aku menutup pintu, aku mendengar suara aneh—seolah seseorang sedang berdiri di luar, mendengkur dalam kesakitan.
Aku memberanikan diri untuk keluar dan mencari sumber suara itu. Kaki rasanya berat, dan setiap langkah terasa seperti melawan gravitasi. Saat aku melangkah menuju danau, kabut semakin mengental, dan suhu udara turun drastis. Aku tidak bisa melihat jauh, hanya bisa merasakan kehadiran sesuatu yang tidak kasat mata.
Tiba-tiba, aku melihat sesuatu yang mencolok di permukaan danau. Ada sesuatu yang bergerak, seperti bayangan hitam besar yang melayang di atas air. Jantungku berdetak cepat saat aku mendekat, dan kabut semakin tebal. Aku merasa seolah-olah ada sesuatu yang sedang mengawasi dari kegelapan.
Suara tangisan memecah keheningan. Aku mencari asal suara itu dan menemukan sebuah sosok wanita di tepi danau. Dia terlihat seperti sedang menangis dengan pakaian tradisional yang usang. Ketika aku mendekat, dia menoleh ke arahku dengan mata kosong yang penuh kesedihan.
“Saya tidak bisa menemukan jalan pulang,” katanya dengan suara serak. “Bantulah aku.”
Sebelum aku bisa menjawab, sosok wanita itu menghilang dalam kabut yang semakin tebal. Rasa takut membuatku tidak bisa bergerak. Aku merasakan dingin yang menusuk tulang dan kesadaran bahwa aku tidak sendirian di sini.
Aku berlari kembali ke pondok dengan napas tersengal-sengal. Ketika aku menutup pintu dan menyalakan lampu minyak, aku melihat bayangan samar di dinding. Ada sesuatu yang tidak bisa aku jelaskan—seperti tangan yang menekan dari luar, menggapai-gapai seolah ingin masuk.
Sejak malam itu, aku tidak pernah bisa tidur nyenyak lagi. Cerita tentang hantu di Danau Toba mungkin bukan sekadar legenda. Kadang-kadang, aku masih bisa merasakan tatapan itu, seolah-olah kabut yang menyelimuti danau menyimpan rahasia gelap yang tak akan pernah terpecahkan.