ARWAH PENASARAN KROBAN KLITIH

Di tengah malam yang gelap di Yogyakarta, jalan-jalan sepi terasa seperti labirin yang menunggu untuk disusuri. Suara angin sepoi-sepoi menyapu jalanan yang terhampar di bawah sinar bulan purnama, menciptakan suasana yang misterius. Salah satu jalan yang dikenal sebagai tempat yang rawan adalah Jalan Kaliurang, di mana beberapa waktu lalu sebuah kejadian yang menakutkan terjadi.

 

 

Pada suatu malam, Dimas, seorang mahasiswa yang baru pulang dari acara kampus, memutuskan untuk pulang lebih awal agar bisa istirahat. Ia mengendarai motor tua miliknya melalui Jalan Kaliurang yang sepi, tidak menyadari bahwa malam itu akan menjadi malam yang tidak akan pernah ia lupakan. Dimas selalu berhati-hati, tetapi malam itu ada sesuatu yang terasa tidak biasa. Lampu jalan yang biasanya menerangi jalannya kini tampak meredup dan samar.

Ketika ia melewati sebuah tikungan tajam, motor Dimas tiba-tiba mati. Dalam keheningan yang memekakkan telinga, ia mencoba menyalakan motornya kembali, namun sia-sia. Dengan penuh kekhawatiran, Dimas memutuskan untuk memeriksa motor sambil mengeluarkan lampu senter dari tasnya. Saat dia membungkuk untuk melihat mesin motor, sebuah suara bisikan lembut namun menakutkan datang dari kegelapan di sekitar jalan.

“Bisa bantu saya?” suara itu terdengar samar dan penuh rasa sakit.

Dimas langsung terkejut dan berdiri tegak. Ia menoleh ke arah suara, tetapi tidak melihat siapa pun. Hanya kegelapan yang menyelimuti sekelilingnya. Tanpa berpikir panjang, ia mencoba kembali menyalakan motor, tetapi lampu senter yang digunakannya tiba-tiba mati. Suasana semakin mencekam, dan rasa takut menyelimutinya.

Saat itulah, dari kegelapan, muncul sebuah sosok dengan wajah yang terluka dan penuh darah. Dimas mencoba bergerak, tetapi tubuhnya terasa kaku. Sosok itu mendekat dengan langkah lambat namun pasti. Dengan jantung berdegup kencang, Dimas dapat melihat jelas bahwa sosok itu adalah seorang pria muda dengan luka-luka yang sangat mengerikan.

“Tolooong…” suara itu kembali terdengar, namun kali ini dalam nada yang penuh kesakitan dan kemarahan.

Sosok itu semakin mendekat, dan Dimas merasakan hawa dingin yang menyentuh kulitnya. Ketika sosok itu berada dalam jarak beberapa langkah darinya, Dimas merasakan sesuatu yang sangat menakutkan. Sosok itu adalah salah satu korban dari klitih, kelompok pemuda yang melakukan tindakan kekerasan di jalan-jalan Jogja. Beberapa minggu sebelumnya, pria tersebut menjadi korban kekejaman klitih dan kini arwahnya terperangkap, mencari balas dendam atau mungkin hanya ingin menunjukkan rasa sakitnya.

Dengan penuh ketakutan, Dimas memutuskan untuk berlari, meninggalkan motornya dan melarikan diri dari sosok itu. Ia berlari dengan cepat, meski rasa takut membuatnya hampir jatuh beberapa kali. Setelah beberapa kilometer, Dimas akhirnya menemukan sebuah pos polisi dan meminta bantuan. Petugas kemudian menuju ke lokasi kejadian, tetapi tidak menemukan apa pun selain motor yang tertinggal di jalan.

Kejadian malam itu membuat Dimas traumatized. Selama bertahun-tahun setelahnya, ia tidak pernah berani melewati Jalan Kaliurang lagi, dan cerita tentang pengalaman menakutkannya menjadi kisah yang sering dibagikannya kepada teman-teman. Di kalangan penduduk lokal, kisah Dimas menjadi pengingat bahwa ada hal-hal yang lebih menakutkan dari sekadar kekerasan fisik; ada kegelapan yang mengintai di balik setiap sudut jalanan sepi, menunggu untuk menampakkan diri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *