Di kota Medan, terdapat sebuah bandara lama yang jarang digunakan dan dikenal oleh penduduk setempat sebagai tempat yang angker. Bandara ini dibangun pada masa penjajahan dan pernah menjadi pusat lalu lintas udara penting, namun kini dibiarkan terlantar setelah dibangun bandara baru di dekatnya. Meskipun tidak ada penerbangan yang melayani bandara ini, cerita-cerita menyeramkan tentang tempat ini tetap beredar di kalangan warga.
Suatu malam, seorang wanita bernama Clara, seorang jurnalis muda, memutuskan untuk menulis artikel tentang tempat-tempat bersejarah di Medan. Ketika mendengar tentang bandara yang angker ini, ia merasa tertarik dan memutuskan untuk mengunjungi bandara tersebut untuk mencari cerita menarik
Clara tiba di bandara itu sekitar pukul 10 malam. Langit malam gelap, dan angin yang dingin membuat suasana semakin menyeramkan. Bandara tersebut terlihat kosong dan sunyi, dengan lampu-lampu yang berkedip-kedip lemah di sepanjang landasan pacu. Clara menyusuri terminal yang sudah lama ditinggalkan, di mana kursi-kursi dan meja resepsionis berdebu dan penuh dengan jaring laba-laba.
Saat Clara mengatur kameranya untuk mengambil foto, ia mendengar suara langkah kaki yang lembut di kejauhan. Dia berpikir mungkin ada pengunjung lain, tetapi ketika ia memeriksa, tidak ada seorang pun di sana. Suara langkah kaki itu terus terdengar, seolah-olah mengikuti setiap langkahnya. Clara memutuskan untuk terus melanjutkan pekerjaannya, berusaha mengabaikan rasa takut yang menggerogoti hatinya.
Di tengah-tengah penjelajahannya, Clara menemukan sebuah ruangan dengan beberapa kursi yang tampaknya masih dalam kondisi baik. Di salah satu kursi, ia melihat sebuah benda yang tampaknya seperti tiket pesawat lama. Clara mengangkat tiket itu dan memeriksanya, namun tulisan di tiket tersebut sangat kabur dan sulit dibaca.
Ketika Clara kembali ke ruang utama terminal, lampu-lampu mulai berkedip lebih intens. Suara langkah kaki semakin dekat dan semakin jelas. Clara merasa keringat dingin mengalir di punggungnya. Ia berusaha menenangkan diri dan melihat ke arah landasan pacu, di mana ia melihat sebuah bayangan samar melintas di depan lampu-lampu yang berkedip. Bayangan itu tampak seperti seseorang mengenakan pakaian lama.
Ketika Clara mendekati bayangan tersebut, tiba-tiba ia merasakan suhu udara menurun drastis dan melihat embun membeku di sekelilingnya. Bayangan itu semakin mendekat dan wajahnya mulai terlihat. Itu adalah sosok seorang pria dengan ekspresi yang sedih dan mata kosong. Clara merasa tubuhnya lumpuh karena ketakutan.
Pria itu berbisik dalam bahasa yang tidak dapat Clara mengerti, dan sebelum Clara sempat bergerak, sosok itu menghilang dalam sekejap. Clara merasakan udara di sekelilingnya menjadi lebih berat, dan suasana bandara semakin mencekam. Tanpa membuang waktu, Clara memutuskan untuk meninggalkan tempat itu.
Setelah keluar dari bandara dan kembali ke rumah, Clara tidak pernah lagi merasa tenang saat berpikir tentang malam itu. Setiap kali ia mencoba membicarakan pengalamannya, dia selalu merasa bahwa ada sesuatu yang masih mengikuti dia dari bandara itu. Hingga kini, Clara hanya bisa menceritakan kisah tersebut sebagai pengalaman mencekam yang tak akan pernah ia lupakan