Di tepi jalan raya yang panjang dan sunyi di tengah malam, hiduplah seorang wanita bernama Aulia. Aulia adalah seorang penghibur di salah satu bar kecil yang terletak di pinggiran kota. Setiap malam, setelah pekerjaannya selesai, dia naik mobil bersama supir truk lintas provinsi bernama Budi untuk pergi ke kota-kota lain di berbagai provinsi.

Aulia bukanlah orang yang suka bercerita tentang kehidupannya kepada orang lain. Dia lebih memilih menyimpan semua rahasia dan kesedihannya sendiri. Hidupnya tidak pernah mudah. Dia tumbuh di lingkungan yang keras dan kehilangan orang tua di usia muda. Tanpa dukungan keluarga, dia terpaksa mencari cara untuk bertahan hidup, dan pekerjaan di klub malam adalah satu-satunya pilihan yang dia miliki.

Bandar Bola

Budi, sopir truk yang setia mengantar Aulia, adalah satu-satunya orang yang pernah menunjukkan perhatian dan kebaikan padanya. Dia tidak pernah bertanya banyak, tetapi Aulia bisa merasakan bahwa Budi memiliki hati yang baik. Saat berada di dalam truk yang terasa seperti ruang keheningan, Aulia sering kali merenungkan kehidupannya yang berliku-liku dan penuh dengan penyesalan.

Tiap malam mereka berdua melintasi jalan raya yang sepi dan tak berujung, melewati hutan-hutan gelap dan gunung-gunung yang menantang. Suara mesin truk dan lampu-lampu jalan yang berkedip-kedip menjadi satu-satunya teman dalam perjalanan yang sunyi. Aulia kadang-kadang memandangi langit malam yang gelap, mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang terus menghantui pikirannya.

Suatu malam, ketika mereka sedang dalam perjalanan menuju kota lain, hujan deras mulai turun dengan derasnya. Tetesan air hujan yang dingin menyerbu jendela truk, menambah kesunyian dan kegelapan di dalam kabin. Aulia, yang biasanya diam, merasa ingin mengungkapkan sesuatu pada Budi.

“Dulu, aku punya impian, Budi,” ucap Aulia dengan suara lembutnya yang hampir hilang ditelan hujan. “Aku ingin menjadi seseorang yang berguna, membantu orang lain. Tapi sekarang… aku hanya merasa hampa.”

Budi mengangguk perlahan, mengerti bahwa Aulia sedang berbagi sesuatu yang penting baginya. “Kita tidak selalu bisa memilih jalan hidup kita, Aulia,” jawab Budi dengan suara lembut. “Yang penting adalah kita tetap berjuang, tidak pernah menyerah.”

Perjalanan mereka berlanjut dalam keheningan. Hujan semakin deras, tetapi dalam hati Aulia, ada rasa lega karena akhirnya dia bisa mengungkapkan beban yang selama ini dia pikul sendiri. Di tengah malam yang sunyi dan hujan yang tak berhenti, mereka merasa seperti dua jiwa yang terhubung dalam kesendirian dan kesedihan.

Namun, takdir telah menyiapkan sesuatu yang tak terduga bagi mereka. Ketika mereka mendekati tikungan tajam di tengah hujan deras, truk tiba-tiba kehilangan kendali dan tergelincir ke jurang yang dalam. Suara rem mendesis dan logam beradu dengan batu-batu di tepi jurang. Aulia dan Budi terlempar ke udara sebelum semuanya menjadi gelap.

Ketika Aulia membuka matanya, dia merasa sakit di seluruh tubuhnya. Dia melihat sekelilingnya penuh dengan debu dan batu-batu yang tercecer. Dia mencari Budi dengan mata berkaca-kaca, berharap untuk melihat wajah lelaki baik hati yang selalu ada untuknya. Tetapi apa yang dia temukan adalah truk yang hancur dan hujan yang masih turun dengan lebatnya.

Aulia berusaha bangkit, meraih ponselnya yang retak di tanah dan memanggil bantuan. Sementara itu, dia merasakan rasa kehilangan yang mendalam di dalam hatinya. Budi, lelaki yang mungkin satu-satunya orang yang benar-benar mengerti dan peduli padanya, mungkin telah pergi untuk selamanya.

Dalam kesunyian hujan malam itu, Aulia merenungkan perjalanan hidupnya yang penuh liku-liku dan penderitaan. Dia merasakan kesedihan yang begitu dalam, terpukul oleh kenyataan bahwa hidupnya sekali lagi membawa kehilangan dan patah hati.

Dan di antara hujan yang masih turun, Aulia berdiri di tepi jalan raya yang sunyi, mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang tak pernah terjawab.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *