Perkenalkan namaku Intan, pendakian waktu itu, memang sedikit berbeda dengan pendakianku sebelumnya.
Kenapa, karena selain waktu itu aku memang belum pernah mendaki gunung tersebut . Waktu pendakian tersebut aku
sedang dalam keadaan datang bulan.
Hal itu sebenarnya sudah menjadi masalah besar bagiku, tapi karena aku tidak ingin mengecewakan rekan rekanku yang telah lama menanti pendakian itu, akhirnya aku pun terus memaksa mengikuti pendakian tersebut dengan merahasiakan kepada rekan rekanku jika waktu itu aku sedang dalam keadaan datang bulan. Waktu itu, aku mendaki bersama 5 orang temanku, ( Aku, Susan, Niko, bagas, Lukman dan Septian ).
Di awal pendakian semuanya tampak biasa biasa saja, suara jangkrik yang terus menerus terdengar ditambah dengan hawa dingin yang perlahan mulai terasa, seolah olah sudah menjadi tanda jika malam itu perjalananku semakin lama sudah semakin jauh saja.
Dan akhirnya, setelah beberapa lama berjalan, aku yang awalnya dalam keadaan baik baik saja, malam itu tiba tiba kelelahan entah kenapa.
” Kok tumben sih aku sudah lelah gini ” fikirku dalam hati dengan tidak sekalipun aku membicarakannya kepada semua rekanku, karena aku takut akan menghambat pendakian jika aku mengeluh kelelahan. Namun sayangnya, setelah beberapa lama kupaksakan melangkah, malam itu tiba tiba nafasku terasa sesak dengan pundakku yang juga terasa berat tidak karuan.
” Eh kita istirahat dulu ya, aku capek ” teriakku dengan seketika menaruh tas punggungku di jalur pendakian gunung tersebut. ” Oke, tapi jangan lama lama ya tan, takutnya nanti keburu hujan ” jawab Lukman singkat.
Dan setelah semuanya sepakat, akhirnya malam itu pun kami istirahat sejenak di tempat tersebut. Ketika aku beristirahat, malam itu aku memang duduk sedikit lebih jauh dari rekan rekanku. Aku bersandar disalah satu pohon yang ada di situ dengan tatapan kosong karena aku merasakan seluruh tubuhku yang semakin lama terasa semakin sakit saja. Namun anehnya, di tengah tengah aku masih melamun, tiba tiba kerudung yang sebelumnya kupakai rapi untuk menutupi rambutku
malam itu tiba tiba ditarik oleh seseorang dari belakang hingga kerudungku tersebut jatuh diatas tanah. ” Ya allah, siapa yang narik ” teriakku, sambil menoleh kearah belakang tubuhku yang saat itu memang tidak ada siapapun selain pohon dan kegelapan. Melihat semua itu, tentu saja seluruh rekanku terkejut dan memutuskan untuk segera melanjutkan perjalanan karena mereka menganggap jika ditempat tersebut sudah tidak aman.
” Ayo lanjut deh, bahaya ini lama lama disini ” ucap Bagas dengan seketika berdiri sambil meraih tangan Susan, Dan singkat cerita, akhirnya malam itupun kami melanjutkan pendakian. Selama pendakian, perasaanku semakin lama kurasakan semakin tidak enak saja. Jantung yang terus terusan berdetak kencang ditambah dengan langkahku yang kurasakan menjadi semakin berat, sudah membuktikan jika aku malam itu sepertinya tidak akan kuat jika harus melanjutkan perjalanan.
Namun karena menurut rekanku pos peristirahatan sudah tidak jauh lagi, akhirnya akupun kembali memaksakan langkahku dengan harapan agar aku segera sampai di pos peristirahatan dan segera beristirahat.
Dan untungnya, akhirnya akupun bisa sampai di pos peristirahatan dengan keadaan baik baik saja ” Sepertinya aku sampai sini saja, aku sudah tidak kuat lagi berjalan, kakiku sakit, badanku panas ” rintihku dgn melihat teman temanku yg saat itu juga terlihat sdh sangat kelelahan. ” Waduh terus gimana donk, masak gagal muncak sih, ” keluh Lukman yang memang dari awal terlihat tidak suka dengan keadaanku saat itu.
” Sudah begini saja, kalian lanjut saja, aku nunggu disini, besuk kalian kalau sudah selesai muncak kan turun, nah kita ketemu disini, terus kita turun bareng bareng ” usulku, ” Oke deh aku setuju, sepertinya Intan sudah bener bener tidak kuat lanjut ” sahut Niko
Dan singkat cerita, akhirnya malam itu rombongan ku pun dibagi 2. Lukman, bagas dan septian melanjutkan pendakian dan aku, Niko dan Susan yang saat itu memutuskan untuk mendirikan tenda yang berada tidak jauh dari jalur pendakian saat itu.
Ketika tenda sudah berdiri, malam itu Niko seketika menyalakan kompor dan membuatkan minuman hangat untukku, sedangkan Susan, saat itu terlihat sibuk didalam tenda menata baju dan semua barang bawaan kami. ” Maaf ya, kalian jadi gagal muncak gara gara aku, ” ucapku
” Sudah gpp, santai saja, keadaanmu lebih penting tan ” jawab Niko. Namun anehnya, ditengah tengah aku masih menunggu minuman buatan Niko selesai dibuat, malam itu tiba tiba aku mendegar suara tangisan yang terdengar lirih dari arah belakang tendaku.
” Hikksss…hiksss.hikss.hiksss ” Mendengar hal itu, tentu saja akupun seketika terkejut bukan main dengan jantungku yang juga seketika berdetak dengan sangat kencang. ” Eh,,,kalian denger sesuatu gak ” ucapku sambil menoleh kearah kanan dan kiri tendaku.
” Denger apa ?,,sudah kamu istirahat saja tan, ini tempatmu sudah siap ” sahut Susan. ” Kamu beneran gak denger apa apa nih ? Imbuhku meyakinkan. ” Nih minumannya sudah selesai, minum dulu tan, nanti cepet istirahat ya ” jawab Niko sambil memberikanku segelas minuman hangat.
Dan karena mereka terlihat tidak peduli dengan apa yang aku katakan, akhirnya akupun mencoba tidak memperdulikan suara tangisan tersebut meskipun saat itu aku masih saja terus mendengarkannya.
Dan akhirnya, setelah aku selesai menghabiskan minumanku, akupun akhirnya masuk kedalam tenda dan selanjutnya aku tidur ditemani Susan karena badanku yang sudah semakin lama terasa semakin sakit saja.
Ketika aku memejamkan mata malam itu, aku terus saja mendengar suara tangisan tersebut yang kini terdengar semakin lama semakin dekat saja, bahkan jika kudengar lebih teliti lagi, sumber suara tangisan tersebut sepertinya berasal tepat dari belakang tendaku saat itu.
Dan karena aku tidak nyaman dengan suara tersebut, akhirnya malam itu akupun bangun dari tidurku dan mengajak Susan untuk mencari sumber suara tersebut.
” San, bangun…aku risih denger suara tangisan ini, ayo kita lihat yok ” ajakku,
” Suara apa sih tan, aku lo gak dengar apa apa ” jawab susan, ” Niko,,,kamu tidur dimana, masuk saja sini gak papa, udah malam loh,,” ucap Susan dengan sedikit berteriak karena waktu itu Niko sepertinya masih sibuk berada diluar tenda.
” Iya, bentar lagi, aku masih bersihin barang barangku ” sahut Niko.
Namun anehnya, belum lama Niko menjawab perkataan Susan, malam itu tiba tiba tendaku dilempari batu oleh seseorang,
” Braakkkkk “
Mengetahui hal itu, tentu saja aku dan Susan seketika terkejut bukan main dan langsung keluar dari tendaku, ” Ya allah, ada yang lemparin batu tenda kita ” Ucap susan. ” Iya aku juga denger, ” sahut Niko sambil bergegas kearah samping tenda. ” Waduh, tendanya sampai sobek, sepertinya memang sengaja dilempar deh,, tapi siapa ya yang lempar, gak ada orang loh disini ” terang niko sambil mengambil sebuah batu besar dan ditunjukan kepadaku dan Susan. ” Untung aku gak papa, tadi batunya pas disampingku loh ” sahutku.
Tapi sayangnya, belum selesai kami kebingungan dengan semua itu, tiba tiba kami ber 3 melihat dengan mata kepala kami sendiri.
Ada 2 orang pendaki yang berjalan pelan dijalur pendakian yang memang tidak jauh dari tempat dimana tenda kami berdiri.
2 pendaki tersebut, terlihat berjalan pelan dari arah bawah melangkah keatas dengan tidak sekalipun menoleh kearah kami.
Mereka semua terlihat menunduk dengan mengeluarkan bau yang sangat tidak sedap.
Mengetahui hal itu, tentu saja Niko masih sempat menyapanya karena selain jarak dari tenda yang sangat dekat, 2 pendaki tersebut awalnya kami pikir memang Pendaki biasa. ” Mas,,,” sapa Niko jelas.
Namun anehnya, bukannya menoleh kearah kami, ke 2 pendaki tersebut terlihat cuek dan tidak peduli dengan keadaan kami. Bahkan yang paling membuat kami terkejut adalah, malam itu kami melihat pakaian dan tas punggung
2 pendaki tersebut terlihat sudah rusak dan terlihat kosong tidak ada isinya. ” Sepertinya mereka bukan pendaki deh, ” bisik Susan sambil meremas tangan kiriku. Karena keadaan yang sudah semakin tidak aman, akhirnya malam itu Niko mengajak kami untuk turun malam itu juga.
” Kalau misalnya kita turun malam ini gimana tan, apa kamu kuat,. Minimal jalan aja turun dikit lah, nanti kalau gak kuat kita berhenti dan diriin tenda lagi gpp, yang jelas jangan disini, disini sepertinya gak aman ” terang Niko sambil mulai mengemasi barang barangnya. Dan singkat cerita, karena aku menganggap Niko paling faham area ini, akhirnya akupun menuruti semua perintahnya meskipun badanku masih terasa sakit semua.
Dan setelah semua perlengkapan kami selesai dibereskan, akhirnya malam itu pun kami bertiga berjalan turun diiringi hujan yang perlahan juga mulai turun. Selama perjalanan turun, tiba tiba perutku terasa nyeri yang teramat sakit, dan tidak hanya itu, pundakku pun malam itu juga terasa sangat berat seolah olah aku sendang menggendong seseorang padahal nyatanya, malam itu aku tidak membawa apa pun karena semua barangku sudah dibawakan oleh Niko. ” San, kayaknya aku nyeri Haid deh ini, sakit banget, ” rintihku.
” Terus gimana, tahan dikit ya tan, kalau ada tempat agak luas, kita istirahat lagi ” terang Susan
Namun sayangnya, semuanya akhirnya berjalan dengan tidak terduga. Malam itu, ketika aku masih menahan semua kesakitanku, tiba tiba aku mendengar suara wanita yang seolah sedang membisiki telingaku, ” Intan,,,,kamu disini saja,,, ” Suara tersebut terdengar jelas dari telingaku ditambah dengan pundakku yg jg terasa semakin berat saja rasanya.
Dan tidak hanya itu,
Bersamaan dengan suara bisikkan tersebut, tiba tiba kepalaku terasa sangat pusing dan hingga akhirnya, akupun tidak bisa lagi mengingat apa yang sudah aku lakukan.
Semuannya nampak gelap dengan keadaan yang juga sudah tidak bisa lagi aku jelaskan
Dan singkat cerita,
Aku tersadar tiba tiba aku sudah berada dirumahku dengan ditemani semua rekan rekanku yang saat itu sebelumnya ikut mendaki bersamaku.
Mereka semua terlihat duduk cemas diruang tamu rumahku dengan orang tuakupun juga ada disitu dengan mata lembabnya yang terlihat seperti habis menangis tidak karuan. ” Alhamdulillah kamu sudah sadar nak ” ucap ibuku sambil memelukku erat.
Dan akhirnya, setelah sekitar seminggu kemudian, rekan rekankupun kembali kerumahku dengan maksud ingin melihat keadaaku. Disitulah, aku mulai menanyakan apa yang sebenarnya telah terjadi.
” Kamu ingat kan terakhir kali kamu bilang ke aku, kalau kamu tiba tiba nyeri haid ? ” Ucap Susan, ” Iya san, terus gimana ” sahutku penasaran,
Setelah kamu ngeluh sakit malam itu, tiba tiba kamu jalan turun cepet banget sambil diem gak ngomong sama sekali. jalanmu waktu itu bener bener cepet banget, aku sama Niko susah payah ngejar kamu jalan tan ” jelas Susan, ” Hah yang bener ” sahutku,
” Iya tan, waktu itu hujan turun lebat banget, kamu diajak istirahat gak mau, kamu malah diem terus sambil jalan gak berhenti ” imbuh Niko, ” Dan sesampainya kita di area basecamp, kamu tidak berhenti dan terus saja jalan kaki sampai jalanan,
karena kondisi basecamp saat itu sepi banget karena sudah hampir pagi, Niko sempet kesulitan ambil motor karena penjaganya sudah pada tidur ” terang Susan.
” Dan akhirnya, setelah motor berhasil kuambil, kamu kupaksa naik motor dan kuantar pulang sampai rumahmu ini sekitar jam 6.00 pagi. Dan yang lainnya nyusul sampai sini jam 17.00 sore ” Sahut niko sambil menatap wajahku.
” Iya, ibu juga kaget, pembalut yang kamu pakai, waktu itu tiba tiba berubah menjadi daun, ” imbuh ibuku yang saat itu ikut duduk bersamaku dan bersama rekan rekanku.
Dan setelah mendengar semua itu, akupun seketika lemas dan seolah tidak percaya dengan apa yang sudah ibuku dan rekanku katakan.
Dan yang paling membuat aku terkejut adalah, menurut penuturan Ibuku, ketika aku diobati malam itu, aku ternyata memang diikuti oleh makhluk halus penunggu gunung tersebut hingga kerumahku ini,.
Menurut penuturan ibu, makhluk halus tersebut kugendong dan dialah yang mengganti pembalutku dengan daun.
Hal itu dikuatkan dengan penampakan sosok perempuan yang dilihat oleh ibuku beberapa kali didalam kamarku.
Menurut ibu, sosok tersebut terlihat duduk sambil terus menatai wajahku ketika aku belum sadar waktu itu. Dan karena ibu khawatir dengan keadaanku, akhirnya ibuku mencari bantuan orang pintar didesaku dan akhirnya makhluk halus itupun pergi dari tubuhku.
Pengalaman waktu itu, tentu saja hingga kini masih sangat teringat jelas dikepalaku, andai saja waktu itu aku tidak memaksakan berangkat dengan kondisi datang bulan, mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti itu.